Dalil Salat Istikharah dalam Al-Quran dan Hadis
Salat Istikharah merupakan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan dalam Islam ketika seorang Muslim dihadapkan pada pilihan sulit atau keraguan dalam mengambil keputusan. Istikharah, secara bahasa, berarti memohon pilihan yang terbaik. Dalam konteks ibadah, salat Istikharah adalah sarana untuk meminta petunjuk Allah SWT agar ditunjukkan jalan yang paling baik dan diridhai-Nya. Artikel ini akan mengulas secara mendalam dalil-dalil yang mendasari anjuran salat Istikharah, baik dari Al-Quran maupun Hadis, serta membahas tata cara dan adabnya.
Landasan Al-Quran tentang Pentingnya Memohon Petunjuk Allah
Meskipun tidak ada ayat Al-Quran yang secara eksplisit menyebutkan istilah "Salat Istikharah," prinsip dasar yang mendasari ibadah ini sangatlah kuat dan tersebar di berbagai ayat. Al-Quran menekankan pentingnya tawakal kepada Allah SWT setelah melakukan usaha maksimal. Dalam konteks pengambilan keputusan, tawakal ini diwujudkan dengan memohon petunjuk Allah SWT agar diberikan pilihan yang terbaik.
Salah satu ayat yang relevan adalah Surat Ali Imran ayat 159:
"فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ"
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS. Ali Imran: 159)
Ayat ini, meskipun berbicara tentang urusan kenegaraan dan kepemimpinan, mengandung prinsip universal tentang pengambilan keputusan. Prosesnya meliputi:
- Musyawarah (Syura): Mencari pendapat dan masukan dari orang lain yang kompeten dan terpercaya.
- Azam (Tekad): Setelah mempertimbangkan berbagai masukan, mengambil keputusan dengan mantap.
- Tawakal: Menyerahkan hasil akhir kepada Allah SWT setelah melakukan usaha maksimal.
Salat Istikharah dapat dipahami sebagai bagian dari proses tawakal ini. Setelah melakukan musyawarah dan mempertimbangkan berbagai opsi, seorang Muslim memohon kepada Allah SWT untuk memberikan petunjuk agar keputusannya sesuai dengan kehendak-Nya. Dengan demikian, meskipun tidak secara eksplisit disebutkan, prinsip tawakal dan memohon petunjuk Allah dalam pengambilan keputusan yang terkandung dalam Al-Quran menjadi landasan yang kuat bagi anjuran salat Istikharah.
Selain itu, ayat-ayat yang menekankan pentingnya berdoa dan memohon pertolongan Allah SWT dalam segala urusan juga relevan. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 186:
"وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ"
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS. Al-Baqarah: 186)
Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT selalu dekat dengan hamba-Nya dan mengabulkan doa orang yang memohon kepada-Nya. Salat Istikharah adalah salah satu bentuk doa yang sangat dianjurkan, khususnya ketika menghadapi pilihan sulit.
Hadis-Hadis Shahih tentang Anjuran Salat Istikharah
Dalil utama tentang anjuran salat Istikharah berasal dari hadis-hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan perawi hadis terpercaya lainnya. Hadis yang paling terkenal adalah hadis yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah RA:
"كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا الِاسْتِخَارَةَ فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالْأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي بِهِ"
"Rasulullah SAW mengajarkan kami cara melakukan Istikharah dalam segala urusan, sebagaimana beliau mengajarkan kami surat dari Al-Quran. Beliau bersabda: 'Jika salah seorang di antara kalian berkehendak melakukan suatu urusan, maka hendaklah ia salat dua rakaat (salat sunnah) kemudian berdoa: 'Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan yang tepat kepada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kekuatan dengan kekuatan-Mu, dan aku memohon dari karunia-Mu yang agung. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa sedangkan aku tidak kuasa, Engkau Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui, dan Engkau Maha Mengetahui segala yang ghaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini baik untukku dalam agamaku, kehidupanku, dan akhir urusanku (atau beliau bersabda: 'dalam urusanku yang segera dan yang akan datang'), maka takdirkanlah ia untukku, mudahkanlah ia bagiku, kemudian berkahilah aku di dalamnya. Dan jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk untukku dalam agamaku, kehidupanku, dan akhir urusanku (atau beliau bersabda: 'dalam urusanku yang segera dan yang akan datang'), maka jauhkanlah ia dariku, dan jauhkanlah aku darinya, dan takdirkanlah untukku kebaikan di mana pun ia berada, kemudian ridhailah aku dengannya.'" (HR. Bukhari)
Hadis ini dengan jelas menunjukkan anjuran dan tata cara salat Istikharah. Beberapa poin penting dari hadis ini adalah:
- Diajarkan oleh Rasulullah SAW: Menunjukkan pentingnya ibadah ini dalam Islam.
- Dalam Segala Urusan: Istikharah dapat dilakukan dalam segala urusan, baik besar maupun kecil, yang menimbulkan keraguan.
- Salat Dua Rakaat: Dilakukan salat sunnah dua rakaat sebelum berdoa.
- Doa Istikharah: Doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW mengandung permohonan petunjuk, kekuatan, dan karunia Allah SWT.
- Penyerahan Diri kepada Allah SWT: Inti dari Istikharah adalah menyerahkan pilihan kepada Allah SWT dan memohon agar ditunjukkan jalan yang terbaik.
Hadis lain yang mendukung anjuran Istikharah adalah hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik RA:
"مَا خَابَ مَنِ اسْتَخَارَ وَلَا نَدِمَ مَنِ اسْتَشَارَ وَلَا عَالَ مَنِ اقْتَصَدَ"
"Tidak akan kecewa orang yang beristikharah, tidak akan menyesal orang yang bermusyawarah, dan tidak akan kekurangan orang yang hemat." (HR. Thabrani)
Hadis ini menegaskan bahwa orang yang melakukan Istikharah tidak akan kecewa karena ia telah menyerahkan urusannya kepada Allah SWT. Selain itu, hadis ini juga menekankan pentingnya bermusyawarah sebelum mengambil keputusan.
Tata Cara dan Adab Salat Istikharah
Tata cara salat Istikharah sangat sederhana dan mudah dilakukan. Berikut adalah langkah-langkahnya:
- Niat: Berniat untuk melaksanakan salat Istikharah karena Allah SWT.
- Salat Dua Rakaat: Melaksanakan salat sunnah dua rakaat. Pada rakaat pertama, setelah membaca Al-Fatihah, disunnahkan membaca surat Al-Kafirun. Pada rakaat kedua, setelah membaca Al-Fatihah, disunnahkan membaca surat Al-Ikhlas.
- Berdoa: Setelah salam, mengangkat kedua tangan dan membaca doa Istikharah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW (seperti yang disebutkan dalam hadis di atas). Ketika sampai pada bagian menyebutkan urusan yang dihadapi, sebutkan urusan tersebut dengan jelas.
- Tawakal: Setelah berdoa, menyerahkan hasil akhir kepada Allah SWT.
Adab-adab yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan salat Istikharah:
- Ikhlas: Melakukan Istikharah hanya karena Allah SWT, bukan karena tujuan duniawi.
- Khusyuk: Melaksanakan salat dan berdoa dengan khusyuk dan penuh penghayatan.
- Memahami Makna Doa: Memahami makna doa Istikharah agar doa yang dipanjatkan lebih bermakna.
- Tidak Tergesa-gesa: Tidak tergesa-gesa dalam mengharapkan hasil Istikharah.
- Menerima Hasil dengan Ridha: Menerima hasil Istikharah dengan ridha dan lapang dada, baik hasilnya sesuai dengan harapan maupun tidak.
- Mengulangi Istikharah: Jika belum mendapatkan petunjuk yang jelas, disunnahkan untuk mengulangi Istikharah beberapa kali.
Interpretasi Hasil Istikharah dan Data Pendukung
Interpretasi hasil Istikharah seringkali menjadi pertanyaan bagi banyak orang. Tidak ada patokan baku tentang bagaimana hasil Istikharah akan datang. Beberapa kemungkinan hasil Istikharah adalah:
- Kemudahan: Merasa dimudahkan dalam melakukan salah satu pilihan.
- Kecenderungan Hati: Merasakan kecenderungan hati yang kuat terhadap salah satu pilihan.
- Mimpi: Mendapatkan petunjuk melalui mimpi (namun, perlu diingat bahwa mimpi perlu ditafsirkan dengan hati-hati dan dikonsultasikan dengan orang yang ahli).
- Kejelasan Situasi: Mendapatkan kejelasan tentang situasi yang dihadapi sehingga lebih mudah dalam mengambil keputusan.
Namun, perlu diingat bahwa hasil Istikharah tidak selalu datang secara langsung dan jelas. Terkadang, hasil Istikharah baru terasa setelah beberapa waktu kemudian. Yang terpenting adalah tetap bertawakal kepada Allah SWT dan berusaha semaksimal mungkin.
Berikut adalah tabel yang menggambarkan berbagai kemungkinan hasil Istikharah dan interpretasinya:
| Hasil Istikharah | Interpretasi |
|---|